1. Lukisan Menggunakan Obat nyamuk Bakar Dan Bara Api Rokok
Inilah sebuah bentuk karya seni yang bercita rasa tinggi. Hal ini tak lepas dari tingkat kesulitan serta media yang digunakan. Dapatkah anda bayangkan sulitnya melukis dengan menggunakan obat nyamuk dan rokok hingga menghasilkan lukisan yang bagus dan realistis?. Namun, orang ini mampu melakukannya!.
Untung Yuli Prasetiawan namanya, dia adalah seorang pelukis kreatif asal Magelang, Jawa Tengah. Mungkin anda sebagian sudah mengenal namanya. Karna hasil karyanya yang unik, menggunakan Obat Nyamuk Bakar serta Bara Rokok, ia biasa dipanggil Wawan Geni.
Juru sungging muda yang satu ini memang aneh sekaligus menakjubkan. Ide kreatif yang ia geluti sejak tahun 2003 berasal dari keisengannya membakar kertas dan muncul menjadi tehnik lukis dengan cara dibakar. Piranti dan sarana dalam melukis tidak seperti pelukis pada umumnya yaitu cukup dengan menggunakan bara api. Media lukisannya pun dai kertas malaga, jenis kertas yang agak tebal yang biasanya digunakan untuk pembungkus roti. Sedangkan bara api bisa dari rokok, obat nyamuk bakar, dupa, lidi dan pernah menggunakan upet. Tetapi hanya bara rokok dan obat nyamuk bakar saja yang dinilai paling efektif untuk melukis, karena nyala bara apinya stabil.
Untuk menyelesaikan sebuah lukisan Wawan membutuhkan waktu lama, rata-rata tiga bulan untuk setiap karyanya. Paling cepat sebulan, itu kalau ukuran kertas lukisannya kecil. Tapi kalau ukurannya besar bisa selesai sampai setengah tahun. Sebuah lukisan bisa menghabiskan rokok 17 bungkus dan 19 bungkus obat nyamuk bakar. Dan dalam meniup bara api rokok dan obat nyamuk, sebuah lukisan bisa ribuan kali tiupan. Cara meniup dan menyundutkan bara api di kertas ini juga memerlukan teknik khusus supaya asap obat nyamuk atau asap rokok tidak banyak yang terhirup pernapasan. Dia hanya memperhatikan arah datangnya angin, kalau angin datang dari arah kanan dia meniup dari arah kanan, demikian sebaliknya. Lukisan yang sudah selesai, kertas lukisan disemprot cat warna bening (clear), agar kertas lebih awet tidak berjamur.
Keunikan cara melukis dengan teknik bakar ini telah diakui oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). "Mungkin melukis dengan teknik bakar ini yang pertama di dunia," kata pimpinan Muri, Jaya Suprana. Dan tak tanggung-tanggung lukisan yang ia pun sudah terjual ke mancanegara seperti Singapura. Banyak juga wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk melihat lukisannya. Salah satu Wisatawan dari Jepang mengatakan bahwa ia belum pernah menemui teknik melukis seperti ini.
Juru sungging muda yang satu ini memang aneh sekaligus menakjubkan. Ide kreatif yang ia geluti sejak tahun 2003 berasal dari keisengannya membakar kertas dan muncul menjadi tehnik lukis dengan cara dibakar. Piranti dan sarana dalam melukis tidak seperti pelukis pada umumnya yaitu cukup dengan menggunakan bara api. Media lukisannya pun dai kertas malaga, jenis kertas yang agak tebal yang biasanya digunakan untuk pembungkus roti. Sedangkan bara api bisa dari rokok, obat nyamuk bakar, dupa, lidi dan pernah menggunakan upet. Tetapi hanya bara rokok dan obat nyamuk bakar saja yang dinilai paling efektif untuk melukis, karena nyala bara apinya stabil.
Untuk menyelesaikan sebuah lukisan Wawan membutuhkan waktu lama, rata-rata tiga bulan untuk setiap karyanya. Paling cepat sebulan, itu kalau ukuran kertas lukisannya kecil. Tapi kalau ukurannya besar bisa selesai sampai setengah tahun. Sebuah lukisan bisa menghabiskan rokok 17 bungkus dan 19 bungkus obat nyamuk bakar. Dan dalam meniup bara api rokok dan obat nyamuk, sebuah lukisan bisa ribuan kali tiupan. Cara meniup dan menyundutkan bara api di kertas ini juga memerlukan teknik khusus supaya asap obat nyamuk atau asap rokok tidak banyak yang terhirup pernapasan. Dia hanya memperhatikan arah datangnya angin, kalau angin datang dari arah kanan dia meniup dari arah kanan, demikian sebaliknya. Lukisan yang sudah selesai, kertas lukisan disemprot cat warna bening (clear), agar kertas lebih awet tidak berjamur.
Keunikan cara melukis dengan teknik bakar ini telah diakui oleh Museum Rekor Indonesia (MURI). "Mungkin melukis dengan teknik bakar ini yang pertama di dunia," kata pimpinan Muri, Jaya Suprana. Dan tak tanggung-tanggung lukisan yang ia pun sudah terjual ke mancanegara seperti Singapura. Banyak juga wisatawan asing yang datang ke Indonesia untuk melihat lukisannya. Salah satu Wisatawan dari Jepang mengatakan bahwa ia belum pernah menemui teknik melukis seperti ini.
Inilah contoh dari lukisannya :
2. Lukisan Menggunakan Buah Dan Sayur
3. Lukisan Menggunakan Semir Sepatu
Semir sepatu, ternyata tidak hanya berguna untuk mempercantik warna kulit sepatu saja. Seorang seniman di Gresik, Jawa Timur, justru memanfaatkannya sebagai bahan dasar dalam melukis. Seiring perjalanan waktu, lukisan media semir sepatu, mampu memikat hati para kolektor seni lukis, termasuk menghiasi galeri seni Istana Negara di Jakarta.
Adalah Muhammad Zainal Arifin atau yang biasa dipanggil Inoeng (54 tahun) seorang seniman lukis beralamat di Jalan Kutai Nomor 47 Kelurahan Randu Agung Kecamatan Kebomas, Gresik, berhasil menuangkan seni lukis ke dalam sebuah kanvas, menggunakan pewarna semir sepatu. Buah karya tangan terampil bapak dua anak itu, akhirnya mampu memikat hati para pecinta seni lukis di dalam maupun luar negeri.
Inoeng, yang dikenal dekat dengan anak-anak tersebut, memulai karya seni lukis semir sepatu sejak 30 tahun silam, atau tepatnya pada tahun 1978. Ide melukis menggunakan semir sepatu, berawal saat dirinya melihat sejumlah anak menawarkan jasa semir sepatu di Masjid Istiqlal Jakarta dengan upah hanya 100 rupiah.
Prihatin dengan penghasilan anak-anak tukang semir sepatu yang sangat kcil tersebut, pelukis yang juga seorang guru seni di 40 sekolah Taman Kanak-Kanak di Gresik ini, akhirnya berekspresi dengan menuangkan semir sepatu untuk sarana melukis, dengan tujuan mengangkat harga semir sepatu hingga punya nilai jual tinggi.
Alhasil, lukisan semir sepatu karya Inoeng, mulai dikenal para pecinta lukis. Bahkan, dalam beberapa pameran tingkat nasional di berbagai kota di tanah air, lukisan Inoeng banyak di minati, hingga berhasil masuk dalam galeri lukisan terbaik di Istana Negara Jakarta.
Untuk menghasilkan sebuah karya lukis, Inoeng sedikitnya membutuhkan sebanyak 30 kaleng semir sepatu warna hitam dan cokelat. Dengan seni mencampur semir yang di milikinya, Inoeng mampu membuat warna variatif.
Kendala utama melukis menggunakan semir adalah proses pewarnaan yang sulit karena membutuhka ketekunan agar warna bisa kuat dan terang. “Tak mudah membuat pewarnaan dari campuran semir sepatu, di situlah tingkat kemahiran seseorang di uji”. Ujarnya.
Ratusan karya lukis beraliran realisme dan ekspresionisme telah berhasil di buat Inoeng. Diantaranya lukisan bertema sosial, religi, kaligrafi, sejarah, dan lain sebagainya.
Harga jualnya pun bervariasi mulai dari 3 juta hingga 8 Juta rupiah, bahkan sejumlah lukisan bisa berharga 80 Juta Rupiah tergantung nilai filosofi yang ada dalam lukisannya.
Bagi Inoeng, seni lukis adalah dunia yang tidak mengenal dimensi ruang dan waktu, sehingga menuntut seseorang untuk terus berkreasi, termasuk menggunakan semir sepatu, sebagai media lukis.